Pengenalan atas Dakwah Salafiyyah (Bagian I)

341
0
BERBAGI
Dakwah Salafy (dakwah secara harfiah berarti ” panggilan”, dan dalam hal ini mengacu pada dakwah atas kebenaran, pengajaran dan penyebaran) adalah (Dakwah yang mengacu) atas Al Quran dan Sunnah (yaitu. asas agama Islam – yang murni dan bebas dari segala infiltrasi berupa penambahan, penghapusan dan perubahan).
Hal ini berarti loyalitas di atas jalannya Nabi (Muhammad), semoga Allah merahmati atas beliau, dan serta atas orang yang beriman, yakni Salafus Shalih ( yaitu. As-Salaf As-Saalih – Pendahulu dari Shahabat dan pengikutnya yang shalih) dari ummat Islam yang beriman serta mereka semua yang mengikuti jejak langkah mereka di (dalam) keimanan, tindakan dan perbuatan.
Allah telah berfirman : “Dan siapapun bertentangan dengan (serta) membantah Nabi (Muhammad) setelah bimbingan telah yang jelas disampaikan kepadanya dan memilih suatu jalan selain dari (jalan) orang yang beriman, Kami akan meninggalkan dia di (dalam) jalan yang ia telah pilih dan menetapkan baginya di (dalam) Neraka, yang merupakan suatu tempat yang buruk! ” [ Surah Al-Nisaa’ 4:115].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam menafsirkan ayat ini : ” Semua yang membantah dan menentang Nabi setelah jelas jalan yang benar nampak atas mereka, (sementara dia) mengikuti selain dari jalan orang yang beriman; dan siapa yang mengikuti jalan selain orang yang beriman, yang (mereka) dibantah dan ditentang Nabi setelah jalan yang benar telah ditunjukkan kepada mereka. Jika seseorang mengira sedang mengikuti jalan orang yang beriman dan (ia) keliru, ia termasuk dalam posisi yang sama sebagai yang mengira ia sedang mengikuti Nabi dan dia salah mengira (salah dalam perkiraannya).”
Siapa Salaf dan siapa Salafy (pengikut Salaf) ?
Para pendahulu yang saleh ( yaitu. As-Salaf As-Saalih) yang mereka adalah ummat Islam yang beriman dari Shahabat Rasulullah, semoga kedamaian diberikan atas mereka -, para pengikut mereka ( Tabi’in dan Taabi’ut Tabi’in (yaitu. tiga yang generasi pertama ummat Islam) dan para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah setelah mereka, yang mengikuti jalan mereka dalam keimanan dan perbuatan.
Diantara mereka yakni :
Imam Abu Hanifah ( 150 H), Al-Auzai ( 157 H), Ats-Tsauri ( 161 H), Al Laits ibn Saad ( 175 H), Imam Malik ( 179 H), Abdullah ibn Al-Mubarak ( 181 H), Sufyan ibn Uyainah ( 198 H), Imam Asy-Syafi’I ( 204 H), s( 238 H), Imam Ahmed Hanbal ( 241 H), Al-Bukhari ( 256 H), Imam Muslim ( 261 H), Abu Dawud ( 275 H) dan yang lainnya.
Ibn Taimiyyah ( 728 H), dan para muridnya: Adz-Dzahabi ( 748 H), Ibn Al-Qayyim ( 751 H), Ibn Katsir ( 774 H) dan yang lainnya.
Imam Muhammed ‘ Abdul Wahhab At Tamimi an Najdi ( 1206 H) dan banyak dari para muridnya.
Dan di (dalam) masa kini : Syaikh Abdul Aziz Ibn Baz, Syaikh Muhammed Salih Utsaimin, Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani.
Pengikut Salaf (Salafy) adalah AhlusSunnah Wal Jamaa’Ah. Mereka adalah Thaifah Al Manshurah (golongan yang dimenangkan, yang dibantu) dan Firqatun-Najiyah (golongan yang diselamatkan) yang telah tersebut dalam statemen Rasulullah berikut – semoga ALLAH memberikan kedamaian atasnya – :
” Selalu ada terus-menerus kelompok yang tunggal dari ummatku yang berada di atas kebenaran (Al Haq), yang dimenangkan; mereka adalah orang yang dilindungi dari orang yang menolaknya dan yang menentangnya. Mereka akan berada di dalam ummatku dan (mereka) dalam keadaan yang sedemikian (istiqomah) sampai mereka bertemu dengan pendusta ( yaitu. Al Masih Dajjal).” [diriwayatkan dalam hadist Sahih Muslim]
” Ingatlah bahwa ummat yang ada sebelum kami dari kalangan Ahli Kitab terpecah menjadi 72 sekte dan juga agama ini..”
dan dalam riwayat lain
“… Ummah ini akan terpecah menjadi 73 sekte: ke 72 (kelompok) akan berada di Neraka dan satu (kelompok) di Jannah (Surga) dan itu (mereka) adalah Jama’ah.” [ diriwayatkan Abu Dawud- Sahih]
” Dan Ummah ini akan terbagi dalam 73 sekte semua dari mereka akan masuk Neraka kecuali satu (kelompok) ( yaitu. kelompok yang diselamatkan) yakni mereka yang berada diatas apa yang aku dan shahabatku diatasnya (yaitu. mereka yang mengikuti jalanku dan jalan dari Shahabatku.)” [ Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi- Hasan]
Kenapa kita sebut diri kita Salafy ?
Nama Salafy mengacu pada siapa yang menisbahkan dirinya atas kelompok ummat yang dikatakan Nabi (Shalallahu ‘alaihi Wasalam) : ” Ummat terbaik adalah generasiku (Shahabat) , kemudian mereka yang mengikuti mereka (Tabi’in – murid Shahabat), kemudian yang mengikuti mereka (Tab’iut Tabi’in – pengikut Tabi’in) ( yakni tiga generasi pertama ummat Islam).” [ Diriwayatkan oleh Bukhari Dan dan Muslim – secara Mutawatir].
Penisbahan ini bukanlah kepada seseorang (seorang Ulama’ saja), dimana seperti kelompok-kelombok/hizbi/sekte yang muncul saat ini. Hal itu bukanlah suatu penisbahan untuk seseorang atau bahkan untuk sepuluh orang, tetapi atas sekelompok yang tidak akan sepakat (untuk) berbuat salah, karena mustahil mereka Salaf (ulama’ dari kalangan Sahabat dan pengikutnya sepakat dalam kesalahan atau petunjuk yang salah.
Maka dalam penisbahan kepada [jalan/cara] Salaf, Salafy telah menisbahkan dirinya agar tidak menyeleweng (dari Islam). (Sebab) Hal ini diambil dari hadits: ” Ummatku tidak akan bersatu diatas kesalahan.” [ Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Hakim- Sahih], dan tidaklah benar bahwa hadits ini mengacu pada ummat pada berbagai zaman belakangan, karena hadits ini diucapkan di masa Nabi, (Shalallahu ‘alaih Wasalam), dan (jelas) Sahabatnya yang ditunjuk sebagai ummah yang bebas dari fitnah yang kini tersebar luas dan banyak penyimpangan (seperti di masa kini).
Kelompok sesatlah yang memisahkan diri mereka dari Jamaa’ah (Shahabat dan Pengikutnya = Ahlusunnah) setelah masa mereka, dan masa berikutnya yang (banyak) terjadi perpecahan.
(bersambung ke vol II)
(Ditulis oleh Abu ‘Iyad as-Salafi www.salafipublications.com)