Pengenalan atas Dakwah Salafiyyah (Bagian II)

361
0
BERBAGI
(Lanjutan dari Pengenalan atas Dakwah Salafiyyah (Bagian I)
Hadits yang sebelumnya tentang Taaifah- al-Manshurah ( Kelompok yang ditolong) dan Firqat-Un-Najiyah ( Kelompok yang diselamatkan) menunjukkan siapa yang dimaksud dalam hadits ini, yaitu mereka yang memiliki rujukan dan mengikuti jalan kelompok dipersatukan, yang benar-benar ditunjuki, merekalah tiga yang pertama generasi ummat Islam: As-Salafus Shalih.
Kata “Salafy” adalah singkatan yang memerlukan penjelasan yang panjang. Seseorang yang dinyatakan sebagai Salafy artinya :
– Ia (Salafy) bukanlah sekte Khawarij yang memvonis ummat Islam sebagai “orang kafir’ dalam kaitan dengan dosa besar yang mereka lakukan, dan mereka menganggap benar secara hukum untuk merampas darah dan kekayaan mereka (karena dianggap kafir murni).
– Ia (Salafy) bukanlah sekte Syiah (Syi’i) yang sangat membenci dan mengutuk Shahabat Nabi (Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wasalam) dan meyakini bahwa (Shahabat) telah murtad, mengklaim bahwa Al Quranul Karim telah diubah, menolak Sunnah yang murni dan sangat memuja keluarga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam – semoga ALLAH merahmati keluarga Rasulullah.
– Ia (Salafy) bukanlah Qadariyyah yang menyangkal Taqdir/Qadar (Keputusan ALLAH).
– Ia (Salafy) bukanlah Murjiah yang mengakui Iman untuk; hanya pada ucapan dan bukan (dalam) perbuatan.
– Ia (Salafy) bukanlah Asy’ariyyah yang menyangkal Asma’ dan Sifat-Sifat Allah.
– Ia (Salafy) bukanlah Sufi yang memuja kuburan, orang suci dan mengklaim sebagai titisan Rabb.
– Ia (Salafy) bukanlah Muqollidun (orang yang suka ikut-ikutan tanpa ilmu) yang mengharuskan agar setiap ummat Islam berpegang pada madzhab-madzhab, pemikiran dari Imam atau Syaikh tertentu, walaupun disaat pendapat madzhab tersebut berbeda dengan ayat yang jelas murni dari Al Quran dan dari hadits Nabi yang Shohih – Shalallahu ‘alaihi wasallam.
– Ia (Salafy) memurnikan Tauhid (Keesaan Allah), mengesakan Allah dalam penyembahan, permohonan, permintaan bantuan, permohonan perlindungan, disaat dikaruniai kesenangan dan penderitaan, pengorbanan, persaksian sumpah, menempatkan keyakinan total kepadaNya dan dalam memutuskan sesuatu sesuai apa yang telah Allah telah tetapkan (dlm Al Quran) dan seluruh bentuk peribadahan. Inilah landasan ia (Salafy) untuk mengembangkan (dakwah) tanpa (mengharuskan) keberadaan pemerintahan Islam yang sesungguhnya.
– Ia (Salafy) secara aktif (mendakwahkan) untuk meninggalkan syirik ( penyekutuan sesuatu dengan Allah) yang saat ini tengah melanda di seluruh negeri ummat Islam, dan penyingkiran syirik ini merupakan konsekwensi dari Tauhid. Ia (Salafy) mengetahui kemenangan tidaklah mungkin tanpa adanya Tauhid (Pemurnian penyembahan hanya kepada ALLAH), dan syirik itu tidak dapat diberantas dengan yang semisalnya (model lain dari Syirik). Maka ia (Salafy) mengikuti jalan dari seluruh Nabi yang diutus dan yang diteladankan oleh Nabi kita Muhammad (Shalallahu ‘alaihi wasalam), dan ia (Salafy) menolak berkompromi dengan mereka yang sedang mengaku sebagai reformis dalam agama, tetapi bekerja sama dengan para ahli dakwah yang bergelimang kesyirikan.
– Ia (Salafy) penganut setia ajaran dari Nabi (Shalallahu ‘alaihi wasalam), jalan hidup nya dan jalan dari Shahabatnya setelahnya. Nabi (Shalallahu ‘alaihi wasalam), bersabda: “Aku telah meninggalkan kamu dua hal – yang kamu tidak pernah akan tersesat sepanjang kamu berpegang teguh pada keduanya – yakni Kitab Allah dan Sunnah ku.” [ Diriwayatkan oleh Al-Hakim – Sahih].
– Ia (Salafy) merujuk pada firman Allah dan sabda Nabi Nya, (Shalallahu ‘alaihi wasalam), disaat terjadi perselisihan faham atau perbedaan pendapat, selalu mengacu pada firman Allah : ” Jika kamu berbeda dalam segala hal diantara diri kalian, kembalilah kepada Allah (Al Quran) dan RasulNya (Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Kiamat). Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [Surah An-Nisa’ 4:59]
Ia (Salafy) memberi hak yang lebih tinggi terhadap firman Allah dan Nabi Nya, (Shallahu –alaihi wasallam), dibanding perkataan orang lain, sebagaimana Allah berfirman : ” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian mendahului ALLAH dan NabiNya, takutlah kepada ALLAH. Sesungguhnya ALLAH Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [ Surah al-Hujurat 49:1].
– Ia (Salafy) menghidupkan kembali Sunnah Nabi, (Shallalahu ‘alaihi wassalam), dalam perbuatan dan peribadatannya, sehingga tindakannya dan dalam hidupnya akan menjadi orang asing di antara orang-orang lain, seperti Nabi, (Shallallahu ‘alaihi wassalam), telah menyebutkan sabdanya : ” Islam mulai sebagai orang asing dan akan dikembalikan menjadi seperti orang asing sebagaimana awalnya dulu. Maka berilah kabar gembira pada orang-orang asing.” [Diriwayatkan oleh Imam Muslim – Sahih]. Dan dalam riwayat lain: ” Berilah kabar gembira kepada ummat minoritas (terasing), mereka yang memurnikan, yang memperbaiki apa-apa yang telah dirusak oleh perusak Sunnahku.” [ Al-Silsilah Shaikh Al-Albani- Sahih].
– Ia (Salafy) menyerukan kepada kebaikan Tauhid, ketaatan kepada Allah dan menapaki jejak Nabi (Shallallahu ‘alaihi wasalam), dan melarang dari kejelekan (memperingatkan agar hati-hati terhadap kesyirikan, penentangan kepada ALLAH dan menjauhi Rasulullah, Shallallahu ‘alaihi wasalam, serta Sunnah beliau). Dengan begitu ia mengingatkan ummat, agar keluar dari dalam kesesatan, dari bid’ah, jalan yang keliru dan hizbiyyah, kelompok merusak yang hanya menyeru ummat untuk keuntungan duniawi, aturan dan fitnah duniawi, bukan untuk melangsungkan Tauhid atau menjauhi kesyirikan.
– Ia (Salafy) bertindak sesuai firman Allah: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan”. [Surah Asy-Syams 91:8], sehingga ia selalu berusaha mencari pengampunan, dengan taubatan nasuha (tobat yang sebenar-benarnya), menuju rahmat Allah yang berlimpah-limpah, dan bersegera melaksanakan amalan yang saleh dalam rangka membersihkan jiwanya.
– Ia (Salafy) dalam menyembah ALLAH, tidak lepas dari perpaduan Takut, Penuh Harap dan Cinta kepada ALLAH, sebagaimana firman ALLAH : “Dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).” [Surah A’raaf 7:56]. Dan Dia berfirman : ” Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdo’a kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. ” [ Surah as-Sajdah 32:16] dan Ia berfirman : ” Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). ” [ Surah al-Baqarah 2:165].
Kata “Salaf” digunakan untuk menyatakan : ” Siapapun yang menyembah Allah dengan “rasa cinta” saja, maka dia adalah seorang Zindiq (perusak agama, pembuat Bid’ah) dan siapapun yang menyembah ALLAH dengan “penuh harapan” saja, maka dia jelas adalah orang Murji’ ( orang yang meyakini bahwa dosa apapun tidak dapat merusak, selama di dalam hatinya ada iman) dan ia yang memuja Nya dengan “rasa takut” saja, jelaslah dia adalah Haruri ( mereka termasuk orang yang meninggalkan kekhalifahan Ali Radiyallahu ‘anhu, dan mereka menentang beliau). Tetapi ia yang menyembahNya dengan “penuh cinta” , “takut” (akan adzabNya) dan “mengharap” (rahmat dan karuniaNya) maka dialah seorang yang Muwahhid ( yang berpegang teguh pada Tauhid Allah.)”
Kata “Salafy” merupakan ikhtisar yang berkenaan dengan definisi panjang di atas. Bahkan Salafiyyah bukanlah orang yang membebek (mengikuti tanpa dalil/ilmu) kepada Syaikh tertentu atau Imam tertentu. Namun, mereka hanyalah berloyalitas kepada Al Quran dan Sunnah sebagaimana yang difahami oleh Pendahulu yang saleh (yaitu. As-Salaf As-Saalih) dari ummat Islam yang beriman.
Oleh karena itu, dalam pengertian ini, maka seorang Muslim tidak memiliki pilihan selain menjadi seorang Salafy, yang berarti dia menisbahkan (mengacu) dirinya untuk menapaki jejak kelompok yang telah dijamin selamat dari Api Neraka oleh Rasulullah, Shallallahu ‘alaihi wasalam, oleh Hadits yang Shahih, serta mereka memisahkan dirinya dari yang telah menyimpang dan terpisah dari al Firqatun Najiyah (Golongan yang diselamatkan).
(Bersambung ke Pengenalan atas Dakwah Salafiyyah Bagian III, Insya ALLAH)